Posted by: yettiaka | October 11, 2019

Marinda Menjadi Mawar

(Cerpen Yetti A.KA, basabasi co, 23 Agustus 2019)

Seorang perempuan telah patah hati. Tidak ada yang tahu siapa yang mematahkan hatinya atau bagaimana bisa patah. Tiba-tiba saja perempuan itu datang ke sini, seperti baru terbangun dari tidur panjang, melolong sejadi-jadinya, dan meremas dada sambil mengoceh tentang luka, lalu mengutuk dirinya menjadi mawar yang indah.

….

“Itu mawarnya,” kata penjual tanaman kepada lelaki itu. Ia mengaku melihat sendiri kejadiannya. Bahkan menurutnya dia satu-satunya saksi mata keajaiban itu dan karenanya cerita tentang mawar itu hanya ia yang tahu. “Kau beruntung,” tambah penjual tanaman, “aku tidak menceritakan kisah ini kepada orang lain.”

Lelaki itu langsung membeli mawar yang ditawarkan. Aku tahu, ia bukannya percaya pada cerita yang ia pikir mungkin dikarang-karang sendiri oleh penjual tanaman dan entah sudah berapa ratus kali diulang-ulang ke setiap orang yang datang ke tempatnya, melainkan mawar itu, di matanya, memang punya daya pikat kuat dan tak bisa disepelekan. Batang mawar yang memiliki banyak cabang. Di setiap ujung cabang-cabang itu bertengger bunga-bunga. Sebagian sudah kembang. Sisanya masih dalam bentuk kuntum yang siap mekar dalam beberapa hari ke depan. Sebelumnya, menurut pengakuan lelaki itu kepada penjual tanaman, ia pernah membeli mawar. Sayangnya, tak pernah berbunga. Padahal, batangnya sudah merimbun, bercabang banyak, dengan daun-daun hijau segar, pertanda tak ada masalah apa pun pada tanaman itu. Karena itu ia ingin diberikan mawar yang terbaik.

“Kau tidak akan menyesal membelinya,” kata penjual tanaman saat mereka menyepakati harga yang mesti dibayar. Tanpa membuang waktu lelaki itu membayar dengan cepat, tak memberi kesempatan penjual tanaman berubah pikiran dan menaikkan harga lagi. Penjual tanaman, si perempuan paruh baya yang telah lama hidup sendirian itu, menerima bayaran dengan gelagat ragu seakan ada yang masih mengganjal dalam hatinya. Ia mengangkat pot mawar. Menindai-nindainya. Ia berucap, “Benar-benar mawar yang indah.” Lelaki itu tidak tertarik membalasnya. Dari gelagatnya, lelaki itu merasa sudah cukup membicarakan mawar. Ia hanya ingin segera membawa mawar itu pulang, berharap mawar itu tetap akan berbunga lebat, sampai kapan pun. Dengan begitu halaman rumahnya akan didatangi berbagai serangga; kupu-kupu, lebah, kumbang, dan kemungkinan serangga lainnya. Saking senangnya bisa memiliki mawar itu, ia tak terlalu mendengar kata-kata penjual tanaman yang melepas kepergiannya. Rasanya basa-basi apa pun tak penting lagi baginya. Urusan mereka sudah selesai. Bahkan ia tak berharap bertemu kembali dengan si penjual tanaman, di mana pun itu. Sebetulnya, ia bukan orang yang tahan dengan seorang pembual.

….

Seterusnya sila dibaca di https://basabasi.co/marinda-menjadi-mawar/


Leave a comment

Categories